Senin, 26 Desember 2016

TRAUMA


Trauma Dan Penanganannya
1.    Pengertian Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas. Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic syndrome disorder.
Trauma adalah emosi ekstrem atau gangguan stress yang timbul karena adanya kejadian yang luar biasa dan membuat seseorang mengalami tekanan(Agistina; 2016)
Trauma merupakan respon secara emosional akibat sebuah kejadian, seperti kekerasan, bully, atau bencana alam. Trauma mengakibatkan terjadiya sebuah reaksi yang buruk bagi penderita trauma, yaitu reaksi jangka pendek dan atau reaksi jangka panjang. Reaksi jangka pendek yang biasa terjadi pada seseorang yang mengalami trauma adalah shock dan penolakan. Sedangkan reaksi jangka panjang pada penderita trauma meliputi emosi yang tak terduga. Misalnya selalu teringat kejadian yang terjadi pada masa lalu, hubungan yang tegang, bahkan gejala-gejala fisik, seperti pusing dan mual. Semua orang, baik muda atau tua dapat mengalami trauma. Namun, dapat dikatakan bahwa anak-anak dan remaja lebih rentan mengalami trauma, karena secara psikologis anak-anak dan remaja belum siap menghadapi suatu peristiwa seperti orang dewasa. 

2.    Jenis-jenis Trauma
Berdasarkan dampak yang ditimbulkan, trauma dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a.        trauma fisik dan trauma psikologis. Trauma fisik adalah trauma yang mengakibatkan luka fisik, misalnya kecelakaan, pukulan, dan lain-lain.
b.      trauma psikologis adalah jenis kerusakan jiwa terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik.Ketika trauma yang mengarah pada gangguan stres pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan perubahan fisik di dalam otak dan kimia otak, merusak kemampuan seseorang untuk memadai mengatasi stres. (Wikan Susanti ; 2011)
Trauma psikologis anak didefinisikan sebagai ancaman fisik atau psikologis atau penyerangan kepada fisik anak, integritas, rasa diri, keselamatan atau kelangsungan hidup atau untuk keselamatan fisik orang lain signifikan terhadap anak. (Herman ; 1992)
Trauma psikologis disebabkan oleh kejadian yang melukai batin dan melibatkan perasaan atau emosi. Misalnya sering dibanding-bandingkan, sering dicaci maki dan dilabeli, perceraian, kekerasan seksual, dan lain-lain. Meskipun keduanya memiliki potensi dampak yang sama, tapi trauma psikologis membekas lebih dalam dan berdampak lebih buruk.

3.    Dampak trauma
Trauma yang kerap berdampak negatif bagi masa depan seseorang adalah trauma yang disebabkan oleh kejadian yang sangat memukul dalam lingkungan keluarga seperti perceraian, kematian, atau kekerasan dalam rumah tangga, apalagi jika berlangsung terus menerus dalam waktu lama. Bahkan trauma dapat berdampak buruk pada perkembangan otak anak, yang akan meningkatkan kewaspadaan yang berlebihan, agresif, hiperaktivitas, impulsivitas, dan sulit berkonsentrasi. Semua itu akan berdampak buruk terhadap pencapaian keterampilan, prestasi akademik, integrasi sosial, pemecahan masalah dan kesehatan mental umumnya dan akan menjadi penghalang langkah seorang anak menuju masa depan yang baik. Secara umum gejala trauma pada anak dan remaja dapat dikenali dari perubahan tingkah laku, misalnya tiba-tiba menjadi pendiam, murung, tidak berdaya dan mudah takut. Sementara secara fisik misalnya sering mengeluh pusing, muntah-muntah, sakit perut dan nafsu makan menurun. Gejala lainnya, anak tiba-tiba jadi mudah menangis tanpa sebab, tidak bisa tidur atau tidur dengan gelisah, tidak mau ditinggal sebentar, dan terlalu peka terhadap suara keras. 


4.    Penyebab Trauma
Penyebab trauma bisa beragam bentuknya, mulai dari kekerasan, kehilangan, atau perpisahan, eksploitasi. Namun trauma yang seringkali menimbulkan dampak negative bagi masa depan seseorang adalah trauma yang disebabkan kejadian yang sangat memukul dalam lingkungan keluarga, seperti perceraian, kematian, atau kekerasan dalam rumah tangga. Apalagi jika hal-hal tersebut terjadi secara terus menerus dalam waktu berkepanjangan.



5.    Penanganan Trauma
Karena trauma pada anak dan remaja tidak mudah dikenali, orang tua perlu menjaga komunikasi yang baik dengan anak. Hal ini dimaksudkan agar anak tidak merasa enggan atau takut untuk berbagi pengalaman buruk dengan orang tuanya. Dalam hal ini pihak sekolah juga ikut berperan dalam menangani trauma pada anak didiknya yang mengalami trauma. Anak yang mengalami trauma harus dijauhkan dari situasi yang terlalu menakutkan baginya. Jika anak mengalami trauma berat, segera berikan terapi khusus.
Selain terapi, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi trauma pada anak baik dirumah maupun di sekolah: 
a.       Berikan rasa aman dan nyaman 
b.      Biarkan anak tetap bersosialisasi.
c.       Ajak bicara 
d.      Alihkan perhatian anak dengan kegiatan yang positif dan menghibur
e.       Biarkan anak mengekspresikan perasaannya.
f.       Bersikaplah jujur kepada anak.
g.      Buatlah suasana kembali senormal mungkin.
h.      Berikan pelukan sebagai bukti bahwa anak di cintai.
i.        Berikan langkah-langkah simulative
j.        Doronglah anak untuk mengekspresikan perasaan.
k.      Kembangkanlah prilaku bertanggung jawab.



Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: P.T Remaja Rosda Karya
Dyah Yunitasari. (2015).  Bagaimana Menghadapi Trauma pada Anak Korban Kekerasan?.(Online). Tersedia: http://pijarpsikologi.org/bagaimana-menghadapi-trauma-pada-anak-korban-kekerasan/. [05 Mei 2016]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar