Trauma Dan Penanganannya
1. Pengertian Trauma
Trauma berasal dari bahasa Yunani yang berarti luka. Kata
tersebut digunakan untuk menggambarkan situasi akibat peristiwa yang dialami
seseorang. Para Psikolog menyatakan trauma dalam istilah psikologi berarti suatu
benturan atau suatu kejadian yang dialami seseorang dan meninggalkan bekas.
Biasanya bersifat negative, dalam istilah psikologi disebut post-traumatic
syndrome disorder.
Trauma adalah emosi ekstrem atau gangguan stress yang timbul
karena adanya kejadian yang luar biasa dan membuat seseorang mengalami
tekanan(Agistina; 2016)
Trauma merupakan respon secara emosional akibat sebuah
kejadian, seperti kekerasan, bully, atau bencana alam. Trauma
mengakibatkan terjadiya sebuah reaksi yang buruk bagi penderita trauma, yaitu
reaksi jangka pendek dan atau reaksi jangka panjang. Reaksi jangka pendek yang
biasa terjadi pada seseorang yang mengalami trauma adalah shock dan
penolakan. Sedangkan reaksi jangka panjang pada penderita trauma meliputi
emosi yang tak terduga. Misalnya selalu teringat kejadian yang terjadi pada
masa lalu, hubungan yang tegang, bahkan gejala-gejala fisik, seperti pusing dan
mual. Semua orang, baik muda atau tua dapat mengalami trauma. Namun, dapat
dikatakan bahwa anak-anak dan remaja lebih rentan mengalami trauma, karena
secara psikologis anak-anak dan remaja belum siap menghadapi suatu peristiwa
seperti orang dewasa.
2. Jenis-jenis Trauma
Berdasarkan
dampak yang ditimbulkan, trauma dikategorikan menjadi dua, yaitu:
a. trauma fisik dan trauma psikologis. Trauma
fisik adalah trauma yang mengakibatkan luka fisik, misalnya kecelakaan,
pukulan, dan lain-lain.
b. trauma psikologis adalah jenis
kerusakan jiwa terjadi sebagai akibat dari peristiwa traumatik.Ketika trauma
yang mengarah pada gangguan stres pasca trauma, kerusakan mungkin melibatkan
perubahan fisik di dalam otak dan kimia otak, merusak kemampuan seseorang untuk
memadai mengatasi stres. (Wikan Susanti ; 2011)
Trauma
psikologis anak didefinisikan sebagai ancaman fisik atau psikologis atau penyerangan
kepada fisik anak, integritas, rasa diri, keselamatan atau kelangsungan hidup
atau untuk keselamatan fisik orang lain signifikan terhadap anak. (Herman ;
1992)
Trauma
psikologis disebabkan oleh kejadian yang melukai batin dan melibatkan perasaan
atau emosi. Misalnya sering dibanding-bandingkan, sering dicaci maki dan
dilabeli, perceraian, kekerasan seksual, dan lain-lain. Meskipun keduanya
memiliki potensi dampak yang sama, tapi trauma psikologis membekas lebih dalam
dan berdampak lebih buruk.
3. Dampak trauma
Trauma
yang kerap berdampak negatif bagi masa depan seseorang adalah trauma yang
disebabkan oleh kejadian yang sangat memukul dalam lingkungan keluarga seperti
perceraian, kematian, atau kekerasan dalam rumah tangga, apalagi jika
berlangsung terus menerus dalam waktu lama. Bahkan trauma dapat berdampak
buruk pada perkembangan otak anak, yang akan meningkatkan kewaspadaan yang
berlebihan, agresif, hiperaktivitas, impulsivitas, dan sulit
berkonsentrasi. Semua itu akan berdampak buruk terhadap pencapaian
keterampilan, prestasi akademik, integrasi sosial, pemecahan masalah dan
kesehatan mental umumnya dan akan menjadi penghalang langkah seorang anak
menuju masa depan yang baik. Secara umum gejala trauma pada anak dan
remaja dapat dikenali dari perubahan tingkah laku, misalnya tiba-tiba menjadi
pendiam, murung, tidak berdaya dan mudah takut. Sementara secara fisik misalnya
sering mengeluh pusing, muntah-muntah, sakit perut dan nafsu makan menurun.
Gejala lainnya, anak tiba-tiba jadi mudah menangis tanpa sebab, tidak bisa
tidur atau tidur dengan gelisah, tidak mau ditinggal sebentar, dan terlalu peka
terhadap suara keras.
4. Penyebab Trauma
Penyebab
trauma bisa beragam bentuknya, mulai dari kekerasan, kehilangan, atau
perpisahan, eksploitasi. Namun trauma yang seringkali menimbulkan dampak
negative bagi masa depan seseorang adalah trauma yang disebabkan kejadian yang
sangat memukul dalam lingkungan keluarga, seperti perceraian, kematian, atau
kekerasan dalam rumah tangga. Apalagi jika hal-hal tersebut terjadi secara
terus menerus dalam waktu berkepanjangan.
5. Penanganan Trauma
Karena trauma pada anak dan remaja tidak mudah dikenali,
orang tua perlu menjaga komunikasi yang baik dengan anak. Hal ini dimaksudkan
agar anak tidak merasa enggan atau takut untuk berbagi pengalaman buruk dengan
orang tuanya. Dalam hal ini pihak sekolah juga ikut berperan dalam menangani
trauma pada anak didiknya yang mengalami trauma. Anak yang mengalami trauma
harus dijauhkan dari situasi yang terlalu menakutkan baginya. Jika anak
mengalami trauma berat, segera berikan terapi khusus.
Selain
terapi, berikut adalah beberapa cara untuk mengatasi trauma pada anak baik
dirumah maupun di sekolah:
a.
Berikan rasa aman dan nyaman
b.
Biarkan anak tetap bersosialisasi.
c.
Ajak bicara
d.
Alihkan perhatian anak dengan kegiatan yang positif
dan menghibur
e.
Biarkan
anak mengekspresikan perasaannya.
f.
Bersikaplah
jujur kepada anak.
g.
Buatlah
suasana kembali senormal mungkin.
h.
Berikan
pelukan sebagai bukti bahwa anak di cintai.
i.
Berikan
langkah-langkah simulative
j.
Doronglah
anak untuk mengekspresikan perasaan.
k.
Kembangkanlah
prilaku bertanggung jawab.
Desmita. (2005). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung:
P.T Remaja Rosda Karya
Dyah Yunitasari. (2015). Bagaimana Menghadapi Trauma pada Anak Korban Kekerasan?.(Online). Tersedia: http://pijarpsikologi.org/bagaimana-menghadapi-trauma-pada-anak-korban-kekerasan/. [05 Mei 2016]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar