MOTIVASI
A.
Definisi
Motivasi
Motivasi adalah sebuah konsep yang di
gunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah dan intensitas perilaku individu.
Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk
mencapai tujuan, kekuatan ini dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan,
seperti: (1) Keinginan yang hendak dipenuhi, (2) Tingkah laku, (3) Tujuan, (4)
Umpan balik (Hellriegel dan Slocum, 1979).
Terkandung
tiga konsep penting dalam konsep motivasi (Byrnes, 1996) :
a.
Tujuan,
merupakan spesifikasi yang berorientasi masa depan tentang apa yang diinginkan
seseorang.
b.
Pengetahuan,
berkaitan dengan mengetahui tentang bagaimana membuat tujuan tercapai.
c.
Proses-proses
metakognitif, mencakup :
(a)
Memonitor
kemajuan yang dicapai.
(b)Menggunakan keyakinan dan pilihan untuk menilai tindakan
yang berlangsung.
(c)
Menilai
keinginan terhadap hasil.
(d)
Menjelaskan
mengapa diperoleh hasil.
Petri (1981) menggambarkan motivasi
sebagai kekuatan yang bertindak pada organism yang mendorong dan mengarahkan
perilakunya. Konsep motivasi juga digunakan menjelaskan perbedaaniperbedaan
dalam intensitas perilaku.
Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi
adalah sesuatu perubahan energy di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan
timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992).
Jadi,
motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke
dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi bukanlah
hal yang dapat diamati, tetapi merupakan hal yang dapat disimpulkan karena
sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang
itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam dirinya sendiri, kekuatan
pendorong inilah yang kita sebut motif. Pencapaian suatu keberhasilan dalam
hidup dibutuhkan suatu motivasi dari dalam diri. Misalnya, keberhasilan dalam
pembelajaran dibutuhkan suatu motivasi dari dalam diri si pembelajar itu
sendiri. Oleh karena itu, motivasi belajar memegang peranan penting dalam
memberikan gairah atau semangat dalam belajar sehingga siswa yang bermotivasi tinggi
memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Kajian tentang
motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan
pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya
pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Motivasi merupakan salah satu faktor
yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik. Motivasi adalah aspek
penting dari prinsip pengajaran dan pembelajaran. Peserta didik yang tidak
memiliki motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar, sedangkan peserta
didik yang memiliki motivasi yang tinggi akan lebih antusias dan semangat untuk
mengikuti proses pembelajaran.
B. Jenis-jenis Motivasi Belajar
Dilihat dari sumbernya, motivasi
belajar ada dua jenis, yaitu:
(1)
Motivasi
Intrinsik
Motivasi intrinsic adalah motivasi yang timbul dari dalam
diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain.
Seseorang yang secara intrinsic termotivasi akan melakukan pekerjaan karena
mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan bias memenuhi kebutuhannya, tidak
tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal
lainnya. Misalnya, seorang siswa belajar dengan giat karena ingin menguasai
berbagai ilmu yang dipelajari di sekolahnya.
(2)
Motivasi
Ekstrinsik (Winkel, 1996)
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena
rangsangan atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh
keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang
terbentuk oleh factor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman (Woolfolk,
1993). Misalnya, seorang siswa mengerjakan PR karena takut dihukum oleh
gurunya.
Menurut Davis dan Newstrom (1996), motivasi yang memengaruhi
cara-cara seseorang dalam bertingkah laku, termasuk belajar, terbagi atas empat
pola, yaitu:
(1)
Motivasi
berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju dan
berkembang.
(2)
Motivasi
berafilisasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara
efektif.
(3)
Motivasi
berkompetensi, yaitu dorongan untuk mancapai hasil kerja dengan kualitas
tinggi.
Motivasi berkuasa, yaitu
dengan dorongan untuk memengaruhi orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi
tersebut menggerakkan dan mendorong seseorang untuk belajar, baik secara
simultan maupun secara terpisah.
C. Teori-teori Motivasi
Motivasi dapat diartikan
sebagai kekuatan (energy) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi
dan antusiasismenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari
dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu.
Seberapa kuat motivasi yang
dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang
ditampikannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan
lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik
tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer dan peneliti, terutama dikaitkan
dengan upaya pencapaian kinerja seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu
dapat dilihat dari beberapa indkator, diantaranya:
1) Durasi kegiatan;
2) Frekuensi kegiatan;
3) Persistensi pada kegiatan;
4) Ketabahan, keuletan dan
kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan;
5) Devosi dan pengorbanan untuk
mencapai tujuan;
6) Tingkat aspirasi yang hendak
dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7) Tingkat kualifikasi prestasi
atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
8) Arah sikap terhadap sasaran
kegiatan.
Teori motivasi :
1. Teori Abraham H. Maslow
(Teori kebutuhan)
Manusia mempunyai lima
tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
1) Kebutuhan fisiologikal,
seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
2) Kebutuhan rasa aman, tidak
dalam drti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
3) Kebutuhan akan kasih saying;
4) Kebutuhan akan harga diri,
yang pada umumnya tercemin dalam berbagai symbol-simbol status;
5) Aktualisasi diri, dalam arti
tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat
dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata
2. Teori McClelland (Teori
kebutuhan berprestasi)
Dari McClelland
dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for
Achievement(N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi benda-benda,sesuai dengan
kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh
Winardi merumuskan kebutuhana akan prestasi tersebut sebagai keinginan;
“Melaksanakan
sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit menguasain,memanipulasi,atau
mengorganisasi obyek-obyek fisik.manusia,atau ide-ide melaksanakan hal-hal
tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin,sesuai kondisi yang berlaku.
Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi.mencapai performa puncak
untuk diri sendiri. Mempau menang dalam persaingan dengan pihak lain
meningkatkan kemampuan diri melaui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karateristik orang yang
berprestasi tinggi (high achievers)
memiliki tiga ciri umum yaitu:
1)
Sebuah
preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
2)
Menyukai
situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karna upaya-upaya mereka sendiri,
dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan
Menginginkan umpan balik
tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang
berprestasi rendah.
3. Teori Clyton Alderfer (Teori
“ERG)
Teori Alderfer
dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG”
dalam teori alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah
yaitu: E = Existence (kebutuhan akan eksistensi, R =Relatedness (kebutuhan
untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga
istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara
konseptual terdapat persamaan antara teoriatau model yang dikembangkan oleh
Maslow dan alderfer. Karna “Existence” dapat dikatakan indentik dengan hierarki
pertama dan keduadalam teori maslow; “ Relatedness” senadadengan hierarki
kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep maslow dan”Growth” Mengandung makna
sama dengan “self actualization” menurut maslow. Kedua, teori Alderfer
menekankan bahwa sebagian jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya
secara serentak. Apabila teori Alderfer
disimak lebih lanjut akan tampak bahwa:
a)
Makin
tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk
memuaskan;
b)
Kuatnya
keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila
kebutuhan yang lebih rendah telsh dipuaskan;
c)
Sebaliknya,
semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar
keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar
Tampaknya
pandagan ini didasarkan kepada sifat pragmatismeoleh manusia. Artinya, karna
menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi
obyektif yang dihadapinya dengan antara
lain memusatkan perhatianya kepada hal-hal yang mungkin dicapinya.
4.
Teori
Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan
kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg Teori yang dikembangkannya
dikenal dengan “model dua faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan
faktor hygiene atau”pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksut faktor
motivasionaladalah hal-hal yang mendorong
berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri
seseorang, sedangkan yang dimaksut
dengan faktorhygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang
sifatnyaekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan
perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg yang tergolog sebagai
faktor motivasional antara lain ialah perkerjaan seseorang. Keberhasilan yang
diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain.
Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencangkup antara lain status
seseorang dalam organisari,hubungan seseorang individu dengan atasanya,
hubungan seseorang denagan rekan-rekan berkerjanya, tehnik penyediaan yang
diterapkan oleh para penyedian kebijakan organisasi,sistem administrasi dalam
organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku . salah satu
tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang
lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat
intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.
5.
Teori
Keadilan
Inti teori ini terletak padapandangan
bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang
dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya
apabila seseorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya
tidak memandai, dua kemungkinan terjadi, yaitu:
a)
Seseorang
akan berusaha mempeoleh imbalan yang lebih besar, atau
b)
Mengurangi
intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung
jawabnya.
Dalam
menumbuhkan persepsi tertentu, seseorang pegawai biasanya menggunan empat hal
sebagai perbandingan, yaitu;
a)
Harapanya
tentang jumlah imbalan yang di anggapnya layak diteririma berdasarkan
kualifikasi pribadi, seperti pendidikasi, keterampilan, sifat pekerjaan dan
pengalamannya;
b)
Imbalan
yang diterima oleh orang lain dalam organisasiyang kualifikasi dan sifat
pekerjaanya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri ;
c)
Imbalan
yang diterima oleh pegawai laindi organisasi lain di kawasan yang sama serta
melakukan kegiatan sejenis;
d)
Peraturan
perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang
merupakan hak para pegawai.
Pemeliharaan hubungan dengan
pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian
kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul,
apalagi meluas di kalangan para pegawai, apabila sampai terjadi maka akan
timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat
kemungkinan yang tinggi, sering terjadi
kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan
dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing pemogokan atau bahkan perpindahan
pegawai ke organisasi lain
6.
Teori
penetapan tujuan(goal setting theory)
Edwin
locke (Nana2005: 76)mengemukakan bahwa
dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni:
a)
Tujuan-tujuan
mengarahkan perhatian;
b)
Tujuan-tujuan
mengatur upaya;
c)
Tujuan-tujuan
meningkatkan persistensi; dan
d)
Tujuan-tujuan
menunjang strategi-strategi dan rencana –rencana kegiatan.
7.
Teori
Victor H. Vroom (teori harapan)
Victor
H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “work and motivation”mengetegahkan suatu
teori yang disebutnya sebagai “teori harapan”. Menurutteori ini. Motivasi ini.
Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingn dicapai oleh seorang dan
perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang
diinginkannya itu. Artinya apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan
jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya
mendapatkanya.
Ditanya
dengan cara yang sangat sederhana teori harapan berkata bahwa jika seseorang
menginginkan sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong
untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika tahapan
memperoleh hal yang diinginkan itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan
mejadi rendah.
Ilmuwan
dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai
daya tarik tersendiri karna penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian
membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta
menunjukan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu.
Penekanan ini dianggap penting karna
pengalaman menunjukan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti
apa yang diinginkannya apalagi cara untuk memperolehya.
8.
Teori
Penguatan dan Mondifikasi perilaku
Berbagai teori
atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model
kognitif motivasi karena didasarkan padakebutuhan seseorang berdasarkan
persepsiorang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya
ditentukan oleh persepsi tersebut.
9.
Teori
Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Menurut model ini motivasi seorang
individu sangat dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang bersifat internal
maupun eksternal. Termasuk pada factor internal adalah:
a)
Persepsi
seseorang mengenai diri sendiri;
b)
Harga
diri;
c)
Harapan
pribadi;
d)
Kebutuhan;
e)
Keinginan;
f)
Kepuasan
kerja;
g)
Prestasi
kerja yang dihasilkan.
Sedangkan
factor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah:
a)
Jenis
dan sifat pekerjaan;
b)
Kelompok
kerja dimana seseorang bergabung;
c)
Organisasi
tempat bekerja;
d)
Situasi
lingkungan pada umumnya;
e)
System
imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.
D.
Teknik-teknik
motivasi dalam Al-Qur’an mencakup tiga bentuk (Najati, 2003), yaitu:
1.
Janji
dan ancaman. Al-Qur’an menjanjikan pahala yang akan diperoleh orang-orang
beriman dalam surge, dan ancaman yang akan menimpa orang-orang kafir dalam
neraka. Janji dan ancaman ini menimbulkan harpan dan rasa takut yang merupakan
jaminan bagi tumbuhnya dorongan yang kuat bagi diri kaum muslimin untuk
melakukan amal yang baik selama hidup di dunia, termasuk belajar.
2.
Kisah,
yaitu menyajikan berbagai peristiwa, kejadian dan pribadi yang dapat menarik
perhatian dan menimbulkan daya tarik bagi pendengarnya untuk mengikutinya, dan
membangkitkan berbagai kesan dan perasaan yang membuat mereka terlibat secara
psikis serta terpengaruh secara emosional.
3.
Pemanfaatan
peristiwa penting, yaitu menggunakan beberapa peristiwa atau persoalan penting
yang terjadi yang bias menggerakkan emosi, menggugah perhatian dan menyibukkan
pikiran. Al-Qur’an menggunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami kaum
muslimin sebagai suri teladan yang berguna dalam kehidupan mereka hal itu
membuat mereka lebih siap dan lebih menerima untuk mempelajari dan menguasai
keteladanan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar