Rabu, 28 Desember 2016

MOTIVASI


MOTIVASI
A.     Definisi Motivasi
Motivasi adalah sebuah konsep yang di gunakan untuk menjelaskan inisiasi, arah dan intensitas perilaku individu. Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, kekuatan ini dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti: (1) Keinginan yang hendak dipenuhi, (2) Tingkah laku, (3) Tujuan, (4) Umpan balik (Hellriegel dan Slocum, 1979).
Terkandung tiga konsep penting dalam konsep motivasi (Byrnes, 1996) :
a.       Tujuan, merupakan spesifikasi yang berorientasi masa depan tentang apa yang diinginkan seseorang.
b.      Pengetahuan, berkaitan dengan mengetahui tentang bagaimana membuat tujuan tercapai.
c.       Proses-proses metakognitif, mencakup :
(a)       Memonitor kemajuan yang dicapai.
(b)Menggunakan keyakinan dan pilihan untuk menilai tindakan yang berlangsung.
(c)       Menilai keinginan terhadap hasil.
(d)      Menjelaskan mengapa diperoleh hasil.
      Petri (1981) menggambarkan motivasi sebagai kekuatan yang bertindak pada organism yang mendorong dan mengarahkan perilakunya. Konsep motivasi juga digunakan menjelaskan perbedaaniperbedaan dalam intensitas perilaku.
      Mc. Donald mengatakan bahwa motivasi adalah sesuatu perubahan energy di dalam pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan (Hamalik, 1992).
Jadi, motivasi adalah suatu pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang ke dalam bentuk aktivitas nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi bukanlah hal yang dapat diamati, tetapi merupakan hal yang dapat disimpulkan karena sesuatu yang dapat kita saksikan. Tiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang itu didorong oleh sesuatu kekuatan dari dalam dirinya sendiri, kekuatan pendorong inilah yang kita sebut motif. Pencapaian suatu keberhasilan dalam hidup dibutuhkan suatu motivasi dari dalam diri. Misalnya, keberhasilan dalam pembelajaran dibutuhkan suatu motivasi dari dalam diri si pembelajar itu sendiri. Oleh karena itu, motivasi belajar memegang peranan penting dalam memberikan gairah atau semangat dalam belajar sehingga siswa yang bermotivasi tinggi memiliki energi banyak untuk melakukan kegiatan belajar. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan upaya pencapaian kinerja (prestasi) seseorang. Motivasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar peserta didik. Motivasi adalah aspek penting dari prinsip pengajaran dan pembelajaran. Peserta didik yang tidak memiliki motivasi tidak akan berusaha keras untuk belajar, sedangkan peserta didik yang memiliki motivasi yang tinggi akan lebih antusias dan semangat untuk mengikuti proses pembelajaran.

B.     Jenis-jenis Motivasi Belajar
Dilihat dari sumbernya, motivasi belajar ada dua jenis, yaitu:
(1)   Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsic adalah motivasi yang timbul dari dalam diri orang yang bersangkutan tanpa rangsangan atau bantuan orang lain. Seseorang yang secara intrinsic termotivasi akan melakukan pekerjaan karena mendapatkan pekerjaan itu menyenangkan dan bias memenuhi kebutuhannya, tidak tergantung pada penghargaan-penghargaan eksplisit atau paksaan eksternal lainnya. Misalnya, seorang siswa belajar dengan giat karena ingin menguasai berbagai ilmu yang dipelajari di sekolahnya.
(2)   Motivasi Ekstrinsik (Winkel, 1996)
Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul karena rangsangan atau bantuan dari orang lain. Motivasi ekstrinsik disebabkan oleh keinginan untuk menerima ganjaran atau menghindari hukuman, motivasi yang terbentuk oleh factor-faktor eksternal seperti ganjaran dan hukuman (Woolfolk, 1993). Misalnya, seorang siswa mengerjakan PR karena takut dihukum oleh gurunya.

Menurut Davis dan Newstrom (1996), motivasi yang memengaruhi cara-cara seseorang dalam bertingkah laku, termasuk belajar, terbagi atas empat pola, yaitu:
(1)   Motivasi berprestasi, yaitu dorongan untuk mengatasi tantangan, untuk maju dan berkembang.
(2)   Motivasi berafilisasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang lain secara efektif.
(3)   Motivasi berkompetensi, yaitu dorongan untuk mancapai hasil kerja dengan kualitas tinggi.
Motivasi berkuasa, yaitu dengan dorongan untuk memengaruhi orang lain dan situasi. Keempat pola motivasi tersebut menggerakkan dan mendorong seseorang untuk belajar, baik secara simultan maupun secara terpisah.
C.     Teori-teori Motivasi
Motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energy) seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan antusiasismenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri maupun dari luar individu.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampikannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi kalangan pendidik, manajer dan peneliti, terutama dikaitkan dengan upaya pencapaian kinerja seseorang. Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indkator, diantaranya:
1)      Durasi kegiatan;
2)      Frekuensi kegiatan;
3)      Persistensi pada kegiatan;
4)      Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan;
5)      Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6)      Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7)      Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan yang dilakukan;
8)      Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Teori motivasi :
1.   Teori Abraham H. Maslow (Teori kebutuhan)
Manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
1)      Kebutuhan fisiologikal, seperti: rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
2)      Kebutuhan rasa aman, tidak dalam drti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
3)      Kebutuhan akan kasih saying;
4)      Kebutuhan akan harga diri, yang pada umumnya tercemin dalam berbagai symbol-simbol status;
5)      Aktualisasi diri, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata
2.   Teori McClelland (Teori kebutuhan berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Achievement(N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi benda-benda,sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhana akan prestasi tersebut sebagai keinginan;
“Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit menguasain,memanipulasi,atau mengorganisasi obyek-obyek fisik.manusia,atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin,sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi.mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mempau menang dalam persaingan dengan pihak lain meningkatkan kemampuan diri melaui penerapan bakat secara berhasil.”
 Menurut McClelland karateristik orang yang berprestasi tinggi       (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu:
1)      Sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat;
2)      Menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karna upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran  misalnya; dan
Menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.
3.   Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG”. Akronim “ERG”  dalam teori alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu: E = Existence (kebutuhan akan eksistensi, R =Relatedness (kebutuhan untuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teoriatau model yang dikembangkan oleh Maslow dan alderfer. Karna “Existence” dapat dikatakan indentik dengan hierarki pertama dan keduadalam teori maslow; “ Relatedness” senadadengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep maslow dan”Growth” Mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa sebagian jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer  disimak lebih lanjut akan tampak bahwa:
a)        Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskan;
b)       Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telsh dipuaskan;
c)        Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar
Tampaknya pandagan ini didasarkan kepada sifat pragmatismeoleh manusia. Artinya, karna menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif  yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatianya kepada hal-hal yang mungkin dicapinya.
4.   Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
 Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “model dua faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau”pemeliharaan”.
Menurut teori ini yang dimaksut faktor motivasionaladalah hal-hal yang mendorong  berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan  yang dimaksut dengan faktorhygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnyaekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.
Menurut herzberg yang tergolog sebagai faktor motivasional antara lain ialah perkerjaan seseorang. Keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencangkup antara lain status seseorang dalam organisari,hubungan seseorang individu dengan atasanya, hubungan seseorang denagan rekan-rekan berkerjanya, tehnik penyediaan yang diterapkan oleh para penyedian kebijakan organisasi,sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku . salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah  memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik.

5.   Teori Keadilan
Inti teori ini terletak padapandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya apabila seseorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memandai, dua kemungkinan terjadi, yaitu:

a)    Seseorang akan berusaha mempeoleh imbalan yang lebih besar, atau
b)    Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
        Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seseorang pegawai biasanya menggunan empat hal sebagai perbandingan, yaitu;

a)      Harapanya tentang jumlah imbalan yang di anggapnya layak diteririma berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikasi, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
b)      Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasiyang kualifikasi dan sifat pekerjaanya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri ;
c)      Imbalan yang diterima oleh pegawai laindi organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis;
d)      Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai.
              Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai, apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemungkinan yang tinggi,  sering terjadi kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain

6.   Teori penetapan tujuan(goal setting theory)
        Edwin locke (Nana2005:  76)mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni:

a)   Tujuan-tujuan mengarahkan perhatian;
b)   Tujuan-tujuan mengatur upaya;
c)   Tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan
d)   Tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana –rencana kegiatan.

7.   Teori Victor H. Vroom (teori harapan)
        Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “work and motivation”mengetegahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “teori harapan”. Menurutteori ini. Motivasi ini. Motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingn dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkanya.
        Ditanya dengan cara yang sangat sederhana teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika tahapan memperoleh hal yang diinginkan itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan mejadi rendah.
        Ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karna penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannya itu. Penekanan  ini dianggap penting karna pengalaman menunjukan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya apalagi cara untuk memperolehya.


8.   Teori Penguatan dan Mondifikasi perilaku
        Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan padakebutuhan seseorang berdasarkan persepsiorang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya ditentukan oleh persepsi tersebut.

9.   Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi
Menurut model ini motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai factor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada factor internal adalah:
a)      Persepsi seseorang mengenai diri sendiri;
b)      Harga diri;
c)      Harapan pribadi;
d)      Kebutuhan;
e)      Keinginan;
f)        Kepuasan kerja;
g)      Prestasi kerja yang dihasilkan.
                  Sedangkan factor eksternal yang mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah:
a)      Jenis dan sifat pekerjaan;
b)      Kelompok kerja dimana seseorang bergabung;
c)      Organisasi tempat bekerja;
d)      Situasi lingkungan pada umumnya;
e)      System imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.

D.    Teknik-teknik motivasi dalam Al-Qur’an mencakup tiga bentuk (Najati, 2003), yaitu:
1.      Janji dan ancaman. Al-Qur’an menjanjikan pahala yang akan diperoleh orang-orang beriman dalam surge, dan ancaman yang akan menimpa orang-orang kafir dalam neraka. Janji dan ancaman ini menimbulkan harpan dan rasa takut yang merupakan jaminan bagi tumbuhnya dorongan yang kuat bagi diri kaum muslimin untuk melakukan amal yang baik selama hidup di dunia, termasuk belajar.
2.      Kisah, yaitu menyajikan berbagai peristiwa, kejadian dan pribadi yang dapat menarik perhatian dan menimbulkan daya tarik bagi pendengarnya untuk mengikutinya, dan membangkitkan berbagai kesan dan perasaan yang membuat mereka terlibat secara psikis serta terpengaruh secara emosional.
3.      Pemanfaatan peristiwa penting, yaitu menggunakan beberapa peristiwa atau persoalan penting yang terjadi yang bias menggerakkan emosi, menggugah perhatian dan menyibukkan pikiran. Al-Qur’an menggunakan peristiwa-peristiwa penting yang dialami kaum muslimin sebagai suri teladan yang berguna dalam kehidupan mereka hal itu membuat mereka lebih siap dan lebih menerima untuk mempelajari dan menguasai keteladanan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar