Prasangka
Pola pikir menyamaratakan adalah
ibu kandung dari prasangka. Prasangka adalah pandangan kita akan sesuatu,
sebelum sesuatu itu terjadi. Ia tidak nyata. Ia hanya khayalan di kepala kita
yang berpijak pada ketakutan dan kesalahpahaman.
Prasangka lalu melahirkan
diskriminasi. Kita menilai orang berdasarkan warna kulit, ras, suku atau
agamanya. Kita bersikap keras dan tidak adil kepada seseorang, karena ia
memiliki latar belakang yang tidak sama dengan kita. Dengan cara berpikir ini,
kita bisa menjadi pelaku pembunuhan massal.
Dunia sekarang ini hidup dalam
bayang-bayang diskriminasi dan rasisme. Orang dipisahkan oleh tembok warna
kulit dan agama. Berita-berita di media dipelintir, guna memanaskan keadaan.
Banyak keluarga harus menderita, karena mengalami ketidakadilan di berbagai
segi kehidupannya.
Keadaan ini bagaikan bom waktu.
Konflik besar antar kelompok menanti di depan mata. Ketegangan politis dan
militer membawa pen-deritaan bagi banyak orang yang tak bersalah. Keadaan ini
diperparah oleh rusaknya alam, akibat dari kerakusan dan kebodohan manusia.
Pembunuhan massal etnis Yahudi tak
jauh dari ingatan kita. Orang-orang Yahudi ditangkap dan dibunuh, tanpa alasan
yang jelas. Di Indonesia, jutaan anggota PKI dan organisasi-organisasinya
ditangkap, ditahan dan dibunuh demi kekuasaan belaka. Pola pikir menyamaratakan
ada di balik semua peristiwa mengerikan ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar