Selasa, 27 Desember 2016

MOBILITAS

Mobilitas Manusia

Perkiraan para politikus Jerman setelah perang dunia kedua ternyata benar. Mobilitas memang menjadi fakta nyata dunia sekarang ini. Pergerakan manusia dari satu tempat ke tempat lainnya terjadi dalam jumlah yang amat besar setiap harinya. Alat transportasi publik dan transportasi pribadi dikembangkan sedemikian rupa, sehingga bisa menunjang pergerakan manusia tersebut.

Jerman adalah salah satu negara yang cukup berhasil mencapai keseimbangan mobilitas tersebut. Sarana transportasi publik di Jerman,
dengan perpaduan antara kereta bawah tanah, tram, bus umum, taksi, pesawat terbang dan jaringan kereta api raksasa yang terhubung dengan hampir semua negara di Eropa, bisa dibilang salah satu yang termaju di dunia. Di sisi lain, jumlah jalan tol dan pengguna mobil terus meningkat. Ada sekitar 45 juta mobil yang digunakan di Jerman sekarang ini. Jumlah penduduk Jerman sendiri sekarang ini sekitar 81 juta penduduk.

Mobilitas juga sudah menjadi fakta nyata di tingkat internasional. Pergerakan manusia antar negara dan antar benua sudah menjadi fakta sehari-hari. Berbagai kepentingan ekonomi, politik, seni dan budaya bergantung pada pergerakan manusia (mobilitas) ini. Perkembangan industri transportasi dan komunikasi membuat jarak menjadi tak lagi berarti.

Sahabat saya di Munich tinggal sendiri untuk meneruskan pen-didikan Masternya. Ibunya adalah seorang dokter di Inggris. Adiknya sedang belajar di Amerika Serikat. Sementara, ayahnya kini bekerja sebagai peneliti neurosains di Australia.

Minimal dua kali dalam setahun, mereka berkumpul. Seringkali, mereka juga saling mengunjungi satu sama lain. Keluarga ini bergerak melintasi tiga benua setiap tahunnya. Masih banyak keluarga lain yang memiliki pola serupa semacam ini.

Perkembangan ekonomi dunia juga amat tergantung pada mobilitas penduduknya. Dengan mobilitas yang baik, kekayaan pun bisa bergerak ke berbagai penjuru dunia. Industri pariwisata dan transportasi berkembang pesat sejalan dengan perkembangan mobilitas manusia. Jika keseimbangan antara mobilitas dengan menggunakan alat transportasi pribadi dan transportasi publik bisa dicapai, maka kemiskinan di berbagai negara bisa secara perlahan dikikis.

Perkembangan mobilitas juga mendorong proses defundamentalisasi. Artinya, orang menjadi semakin terbuka pandangannya, karena sering berhubungan dengan orang-orang lainnya dari berbagai penjuru dunia yang memiliki pandangan berbeda. Orang tidak lagi menjadi
sempit dan fanatik dengan pandangannya sendiri, atau pandangan kelompoknya. Terorisme yang berpijak pada fundamentalisme banyak berkembang di tempat-tempat dengan mobilitas penduduk yang kecil.

Mobilitas yang tinggi juga mengubah bentuk masyarakat. Kita hampir tidak dapat menemukan masyarakan yang homogen sekarang ini. Seluruh dunia hampir sepenuhnya berubah menjadi ruang multikultur. Konsep identitas pun juga mengalami perubahan mendasar yang akhirnya mendorong juga perubahan cara berpikir dan cara hidup manusia sebagai keseluruhan.
 

Wattimena, Reza. 2016. Tentang manusia, Dari pikiran, pemahaman, sampai dengan perdamaian dunia. Yogyakarta: Maharasa
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar