Hidup
dalam Ilusi
Inilah
salah satu salah paham terbesar manusia dalam hidupnya. Ia mengira ilusi
sebagai kenyataan. Akhirnya, ia hidup dalam kebohongan. Dari kebohongan
lahirlah penderitaan yang mendorong dia untuk membuat orang-orang sekitarnya
juga menderita.
Uang
dan nama baik sejatinya adalah kosong. Keduanya adalah ilusi. Ketika kita
lapar, kita tidak bisa makan uang. Ketika kita haus, kita tidak bisa minum nama
baik. Uang dan nama baik adalah sesuatu yang rapuh, sementara dan, dalam banyak
kasus, justru berbahaya.
Perang
dan pembunuhan dilakukan demi uang dan nama baik. Mereka yang memperolehnya
menjadi tergantung padanya. Hidupnya berada dalam keadaan kompetisi terus
menerus dengan orang-orang lain yang dianggap sebagai lawannya. Ia hidup dalam
tegangan dan penderitaan terus menerus.
Orang
yang berhasil memperoleh uang dan nama baik juga akan tiba di tujuan yang sama
dengan orang yang miskin dan me-miliki reputasi jelek, yakni kehampaan batin.
Alih-alih memberikan
kebahagiaan,
uang dan nama baik justru membuat mereka takut dan agresif terhadap orang lain.
Sejatinya, uang dan nama baik adalah sesuatu yang netral, yang bisa dipakai
untuk mempertahankan hidup dan membantu orang lain. Namun, jika orang
melekatkan dirinya pada kedua benda itu, maka masalah besar akan timbul.
Kriminalitas
berakar dalam pada kelekatan manusia akan uang dan nama baik tersebut. Korupsi
dan penipuan lahir dari kelekatan akan uang. Kehampaan dan ketergantungan pada
narkoba serta alkohol lahir dari kelekatan pada nama baik. Semuanya adalah
ilusi yang kosong dan rapuh.
Orang
yang hidup semata untuk uang dan nama baik berarti hidup dalam ilusi. Mereka
hidup dalam kepalsuan dan kebohongan. Justru mereka adalah orang-orang yang ”lari
dari kenyataan”. Kenyataan yang sesungguhnya tidak ada hubungannya dengan
kelekatan pada uang dan nama baik.
Maka
dari itu, orang perlu untuk keluar dari ilusi yang menceng-kramnya. Ia perlu
keluar dari kebohongan dan penipuan yang ia peluk erat sebelumnya. Ia perlu
untuk melihat dan memahami kenyataan sebagaimana adanya. Dari pemahaman
tersebut, ia lalu bisa menjalani hidup yang penuh makna dan kebahagiaan.
hidup hanya fatamorgana
BalasHapus