Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan Sistem Penjajahan
Diperlukan pemahaman
tentang sejarah perjuangan bangsa untuk membentuk suatu negara yang berdasarkan
suatu asas hidup bersama demi kesejahteraan bangsa, selain itu berfungsi untuk
memahami Pancasila secara lengkap dan utuh. Secara epistomologis, Pancasila
selain sebagai dasar negara juga sebagai Pandangan hidup, jiwa dan kepribadian
bangsa serta sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia waktu mendirikan bangsa.
2PWPerjuangan Sebelum Abad XX
Penjajahan eropa yang memusnahkan kemakmuran
bangsa indonesia itu tidak dibiarkan begitu saja oleh segenap bangsa indonesia.
Sejak semula, imprialis itu menjejakkan kakinya di indonesia, di mana-mana
bangsa indonesia melawannya dengan semangat patriotik melalui perlawanan secara
fisik. Kita mengenal nama-nama pahlawan bangsa yang berjuang dengan gigih
melawan penjajah. Pada abad ke-XVII dan XVIII perlawanan terhadap penjajahan
digerakkan oleh Sultan Agung (Mataram 1645), Sultan Ageng Tirtayasa dan Ki Tapa
di banten (1650), Hasanuddin di makassar 1660), Iskandar Muda di aceh (1635),
untung Surapati dan Trunojoyo da jawa timur (1670), Ibnu Iskandar di
Minangkabau (1680), dan lain-lain. Pada permulaan abad ke- XIX penjajah belanda
mengubah sistem kolonialismenya yang semula berbentuk perseroan dagang
partikelir yang bernama VOC beganti dengan badan pemerintahan resmi, yaitu
pemerintahan Hindia Belanda. Semula pernah terjadi pergeseran pemertintahan
penjajahan dari Hindia Belanda kepada Inggris, tetapi tidak berjalan lama dan
segera kembali kepada belanda lagi. Dalam usaha memperkuat kolonialismenya,
belanda menghadapi perlawanan bangsa indonesia yang dipimpin oleh Patimura
(1817), Imam Bonjol di Minangkabau (1822—1837), Diponegoro di mataram
(1825-1830), Badaruddin di Palembang (1817), Pangeran Antasari di Kalimantan
(1860), Jelantik di bali (1850), Anang Agung made di Lombok (1895), Teuku Umar,
Teuku Cik Di Tiro dan Cut Nya’Din di aceh (1873-1904), Si Singamangaraja di
batak (1900).
Perbedaan Perjuangan Rakyat
Indonesia Sebelum dan Sesudah Abad ke-20
1. Sebelum
abad ke-20 perlawanan masih bersifat kedaerahan. Masing-masing pemimpin
mempertahankan wilayah kekuasaannya. Sesudah abad ke-20 sudah bersifat
nasional, yaitu perjuangan tidak lagi bersifat nasionalisme sempit, namun
perjuangan ditujukan untuk mencapai Indonesia Merdeka. Munculnya kata
“Indonesia” sebagai identitas bangsa menyatukan berbagai suku, agama, dan
budaya yang ada di Nusantara untuk bersatu padu mengusir penjajah.
2. Sebelum
abad ke-20 perlawanan dipimpin oleh raja atau bangsawan. Pangeran Diponegoro
(bangsawan), Teuku Umar (bangsawan), Sultan Hasanuddin (raja), Si Singamagaraja
IX (raja). Karena perlawanan bertumpu pada kharisma pemimpin, maka tatkala
pemimpin tewas atau tertangkap, perlawanan akan berhenti. Sesudah abad ke-20
perjuangan dipimpin oleh golongan terpelajar (cendekiawan). Pemberian
kesempatan bagi pribumi untuk mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Belanda
pada awal abad ke-20 dimaksudkan untuk memperoleh tenaga kerja murah, namun
justru melahirkan golongan cendekiawan yang kemudian memimpin perjuangan
melawan kolonialisme Belanda. Mereka adalah Sutomo, Suardi Suryaningrat,
Soekarno, Moh. Hatta, Sahrir, dan lain-lain. Karena perjuangan melalui
organisasi modern menerapkan sistem kaderisasi, maka meski pemimpin tertangkap
dan dipenjara, perlawanan tetap berlanjut.
3. Sebelum
abad ke-20 perjuangan berbentuk perlawanan fisik, melalui peperangan.
Pertempuran secara frontal menimbulkan banyak korban jiwa bagi kedua pihak.
Sesudah abad ke-20 perjuangan melalui organisasi pergerakan nasional. Upaya
mencapai kemerdekaan dilakukan dengan cara-cara modern, misalnya lewat media
massa, demo, pemogokan buruh/pegawai, atau mengirimkan wakil-wakil di dewan
rakyat (volksraad), serta menggalang dukungan politik dari dunia
luar.
4. Sebelum
abad ke-20 perlawanan berpusat di desa-desa atau di pedalaman karena kota-kota
yang merupakan pusat perniagaan dikuasai Belanda dan didirikan benteng. Sesudah
abad ke-20 pusat perjuangan di kota-kota. Organisasi pergerakan yang berkedudukan
di kota-kota besar melakukan kritik, agitasi massa, dan menentang berbagai
kebijakan pemerintah kolonial Belanda.
2.2.2Kebangkitan Nasional
Dengan kebangkitan
dunia timur pada abad XX di panggung politik internasional tumbuh kesadaran
akan kekuatan sendiri, seperti Philipina (1839) yang dipelopori Joze Rizal,
kemenangan Jepang atas Rusia di Tsunia (1905), adapun Indonesia diawali dengan
berdirinya Budi Utomo yang dipelopori oleh dr. Wahidin Sudirohusodo pada 20 Mei
1908. Kemudian berdiri Sarekat Dagang Islam (SDI) tahun 1909.
Berikutnya munculah
Indische Partij (1913), yang dipimpin oleh tiga serangkai yaitu: Douwes Dekker,
Ciptomangunkusumo, Suwardi Suryaningrat (yang kemudian lebih dikenal dengan nama Ki Hjar Dewantoro). Sejak semula partai ini
menunjukkan keradikalannya, sehingga tidak dapat berumur panjang karena
pemimpinnya dibuang ke luar negeri (1913).
Dalam situasi yang
menggoncangkan itu munculah Partai Nasional Indonesia (PNI) (1927) yang
dipelopori oleh soekarno, ciptomangunkusumo, sartono dan tokoh lainnya.
Mulailah kini perjuangan nasional Indonesia dititikberatkan pada kesatuan
nasional dengan tujuan yang jelas yaitu Indonesia merdeka. Tujuan itu
diekspresikannya dengan kata-kata yang jelas, kemudian diikuti dengan tampilnya
golongan pemuda yang tokoh-tokohnya antara lain: Muh. Yamin, Wongsonegoro,
Kuncoro Purbopranoto, serta tokoh-tokoh muda lainnya. Perjuangan rintisan
kesatuan nasional kemudian diikuti dengan Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober
1928, yang isinya satu Bahasa, satu Bangsa dan satu tanah air Indonesia. Lagi
Indonesia raya pada saat ini pertama kali dikumandangkan dan sekaligus sebagai
penggerak kebangkitan kesadaran berbangsa dan bernegara.
Kemudian PNI oleh para
pengikutnya dibubarkan, dan diganti bentuknya dengan Partai Indonesia dengan
singkatan Partindo (1931). Kemudian golongan Demokrat antara lain Moh. Hatta
dan St. Syahrir mendirikan PNI baru yaitu Pendidikan Nasional Indonesia (1933),
dengan semboyan kemerdekaan Indonesia harus dicapai dengan kekuatan sendiri.
2.2.3. Sumpah Pemuda
Pada
tanggal 28 Oktober 1928 terjadilah penonjolan peristiwa sejarah perjuangan
bangsa indonesia mencapai cita-citanya. Pemuda-pemuda indonesia yang di
pelopori oleh Muh. Yamin, Kuncoro Purbopranoto, dan lain-lain mengumandangkan
sumpah pemuda yang berisi pengakuan akan adanya bangsa, tanah air, dan Bahasa
satu, yaitu indonesia. Melalui sumpah pemuda ini, makin tegaslah apa yang
diinginkan oleh bangsa indonesia, yaitu kemerdekaan tanah air dan bangsa. Oleh
karena itu, diperlukan adanya persatuan sebagai suatu bangsa yang merupakan
syarat mutlak. Sebagai tali pengikat persatuan itu adalah bangsa indonesia.
Sebagai realisasi perjuangan bangsa, pada tahun 1930 berdirilah Partai
Indonesia yang disingkat Partindo (1931) sebagai pengganti PNI yang dibubarkan.
Kemudain golongan demokrat yang terdiri atas Moh. Hatta dan Sultan Syahrir
mendirikan PNI baru, dengan semboyan kemerdekaan indonesia harus dicapai dengan
kekuatan sendiri.
2.2.4perjuangan Bangsa Indonesia Pada Masa Penjajahan Jepang
Janji para penjajah Belanda tentang Indonesia merdeka
hanyalah kebohongan belaka, sehingga tidak pernah menjadi kenyataan sampai
akhir penjajahan Belanda pada tanggal 10 Maret 1940. Kemudian masuklah para
penjajah jJepang ke Indonesia dengan propaganda “Jepang pemimpin Asia. Jepang saudara
tua bangsa Indonesia.” Pada tanggal 29 April 1945 bersamaan dengan ulang tahun
Kaisar Jepang, penjajah Jepang akan memberikan kemerdekaan kepada bangsa
Indonesia, janji ini diberikan karena Jepang sendiri merasa terdesak dengan
pasukan Sekutu.Bangsa Indonesia diperbolehkan memperjuangkan kemerdekaannya.
Untuk mendapatkan simpati dan dukungan bangsa Indonesia, maka tentara Jepang
menganjurkan untuk membentuk suatu badan yang memiliki tugas untuk menyelidiki
usaha-usaha persiapan kemerdekaan Indonesia yang diberi nama BPUPKI atau
Dokuritsu Junbi Cosakai.
Zaman merebut Kemerdekaan yang berawal dari 7 September 1944 adalah janji politik Pemerintahan Balatentara Jepang kepada Bangsa Indonesia, bahwa Kemerdekaan Indonesia akan diberikan besok pada tanggal 24 Agustus 1945 karena mereka menderta kekalahan dan tekanan dari tentara sekutu dan juga tuntutan serta desakan dari pemimpin Bangsa Indonesia. Kemudian tanggal 29 April 2945 pemberitahuan BPUPKI oleh Gunswikau (Kepala Pemerintahan Balatentara Jepang di Jawa) yang bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia, dan beranggotakan 60 orang yang terdiri dari ara Pemuka Bangsa Indonesia yang diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Awal perumusan sila-sila Pancasila adalah sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dengan Acara Sidang Mempersiapkan Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato dan mengusulkan tentang “Konsep Dasar Falsafah Negara Indonesia Merdeka” yang diberi nama Pancasila dengan urutan: Kebangsaan Indonesia, Peri Kemanusiaan (Internasionalisme), Mufakat Demokrasi, dan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Mengacu pada Rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan setelah melalui rapat dan diskusi, maka telah disepakati berdasarkan sejara perumusan dan pengesahannya, yang sah dan resmi menurut yuridis menjadi Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila seperti yang tercantum pada pembukaan UUD 1945.
Zaman merebut Kemerdekaan yang berawal dari 7 September 1944 adalah janji politik Pemerintahan Balatentara Jepang kepada Bangsa Indonesia, bahwa Kemerdekaan Indonesia akan diberikan besok pada tanggal 24 Agustus 1945 karena mereka menderta kekalahan dan tekanan dari tentara sekutu dan juga tuntutan serta desakan dari pemimpin Bangsa Indonesia. Kemudian tanggal 29 April 2945 pemberitahuan BPUPKI oleh Gunswikau (Kepala Pemerintahan Balatentara Jepang di Jawa) yang bertugas untuk menyelidiki segala sesuatu mengenai persiapan kemerdekaan Indonesia, dan beranggotakan 60 orang yang terdiri dari ara Pemuka Bangsa Indonesia yang diketuai oleh Dr. Rajiman Wedyodiningrat. Awal perumusan sila-sila Pancasila adalah sidang pertama BPUPKI pada tanggal 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 dengan Acara Sidang Mempersiapkan Rancangan Dasar Negara Indonesia Merdeka. Pada tanggal 1 Juni 1945 Ir. Soekarno berpidato dan mengusulkan tentang “Konsep Dasar Falsafah Negara Indonesia Merdeka” yang diberi nama Pancasila dengan urutan: Kebangsaan Indonesia, Peri Kemanusiaan (Internasionalisme), Mufakat Demokrasi, dan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa. Mengacu pada Rumusan Piagam Jakarta 22 Juni 1945, dan setelah melalui rapat dan diskusi, maka telah disepakati berdasarkan sejara perumusan dan pengesahannya, yang sah dan resmi menurut yuridis menjadi Dasar Negara Indonesia adalah Pancasila seperti yang tercantum pada pembukaan UUD 1945.
Keterlibatan Jepang dalam perang dunia ke 2 membawa
sejarah baru dalam kehidupan bangsa Indonesia yang di jajah Belanda ratusan
tahun lamanya. Hal ini disebabkan bersamaan dengan masuknya tentara Jepang
tahun 1942 di Nusantara, maka berakhir pula suatu sistem penjajahan bangsa
Eropa dan kemudian digantikan dengan penjajahan baru yang secara khusus
diharapkan dapat membantu mereka yang terlibat perang.
Menjelang akhir tahun 1944 bala tentara Jepang
secara terus menerus menderita kekalahan perang dari sekutu. Hal ini kemudian
membawa perubahan baru bagi pemerintah Jepang di Tokyo dengan janji kemerdekaan
yang di umumkan Perdana Mentri Kaiso tanggal 7 september 1944 dalam
sidang istimewa Parlemen Jepang (Teikoku Gikai) ke 85. Janji tersebut kemudian
diumumkan oleh Jenderal Kumakhichi Haroda tanggal 1 maret 1945 yang
merencanakan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI). Sebagai realisasi janji tersebut pada tanggal 29
April 1945 kepala pemerintahan Jepang untuk Jawa (Gunseikan) membentuk BPUPKI
dengan Anggota sebanyak 60 orang yang merupakan wakill atau mencerminkan
suku/golongan yang tersebar di wilaya Indonesia. BPUPKI diketuai oleh DR
Radjiman Wedyodiningrat sedangkan wakil ketua R.P Suroso dan
Penjabat yang mewakili pemerintahan Jepang “Tuan Hchibangase”. Dalam
melaksanakan tugasnya di bentuk beberapa panitia kecil, antara lain panitia
sembilan dan panitia perancang UUD. Inilah langkah awal dalam sejarah perumusan
pancasila sebagai dasar negara
Pandji,Setijo.2009.Pendidikan
Pancasila Perspektif Sejarah Perjuangan Bangsa.Jakarta: , PT Gramedia
Widiasarana.
Kansil Dan Yulianto.1990.Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan
Indonesia. Jakarta :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar