Identitas
Itu Ilusi
Begitu
banyak konflik terjadi dengan latar belakang perbedaan identitas. Perbedaan
ras, suku, agama dan pemikiran dijadikan pembenaran untuk menyerang dan
menaklukan kelompok lain. Darah bertumpahan, akibat konflik identitas semacam
ini. Lingkaran kekerasan yang semakin memperbesar kebencian dan dendam pun
terus berputar, tanpa henti.
Namun,
kita sebagai manusia nyaris tak pernah belajar dari beragam konflik berdarah
ini. Sampai sekarang, kita masih menyaksikan perang di berbagai tempat, akibat
perbedaan identitas. Ketegangan antara ISIS (Negara Islam Irak dan Suriah)
dengan negara-negara di sekitarnya memuncak pada jatuhnya banyak korban tak
bersalah. Amerika Serikat masih merasa sebagai satu-satunya negara yang
memiliki identitas khusus, sehingga berhak melakukan apapun di dunia, tanpa ada
yang bisa melarang.
Indonesia
juga memiliki sejarah panjang terkait dengan konflik karena perbedaan
identitas. Konflik Sampit sampai dengan tawuran pelajar terjadi, akibat
perbedaan identitas. Pasangan yang saling men-cintai terpisah, karena perbedaan
identitas. Orang tak boleh bekerja di pemerintahan, karena identitasnya berbeda
dengan identitas mayoritas.
Diskriminasi
pun juga lahir, karena pemahaman yang salah tentang identitas. Kebijakan
Apartheid di Afrika Selatan yang memisahkan orang berkulit hitam dan putih
masih segar di ingatan kita. Jejak-jejak dari kebijakan tersebut masih bisa
dirasakan di banyak negara. Perlakuan istimewa masih diberikan kepada
orang-orang berkulit putih di berbagai negara, tanpa dasar yang masuk akal.
Wattimena, Reza. 2016. Tentang manusia, Dari pikiran, pemahaman,
sampai dengan perdamaian dunia. Yogyakarta: Maharasa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar