1. Mengenal Filsafat Ilmu
2. Mengenali Pikiran Manusia
3. perwujudan perilaku belajar
4. realistic mathematics education
5. tarumanegara
6. berfikir itu bermimpi
7. filsafat dan ilmu pengetahuan
8. essay nasionalisme
9. analisis rendahnya kualitas pendidikan
10. contoh menganalisis artikel pendidikan
11. trauma
12. stres
13. sekilas tentang konflik
14. sekilas tentang geopolitik indonesia
15. kasus geopolitik indonesia
16. peninggalan banten girang
17. keadaan banten girang saat ini
18. sejarah banten girang
19. Masa kejayaan Nasional
20. Agama dan Kekerasan
21. Ciri dan Gerak Pikiran Manusia
22. Membangun Opini Cerdas
23. D E N D A M
24. MORALITAS
25. Otak dan Hidup Kita
26. T A K U T
27. perjuangan bangsa indonesia melawan penjajah
28. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus
29. perjuangan mengisi kemerdekaan Indonesia
30. Identitas itu Ilusi
31. -Immanuel Kant-
32. INKUIRI
33. KESEHATAN MENTAL
34. PERAN GURU TERHADAP POTENSI PESERTA DIDIK
35. MOBILITAS
36. P R A S A N G K A
37. motivasi
38. KEPUTUSAN
39. KEBEBASAN DARI BERPENDAPAT..
40. Ilmu Pengetahuan dan Tantangan
41. hanya sebuah contoh
42. angket penelitian tentang motivasi dan cita-cita
43. -CITA CITA-
44. ASH SHULHU
45. -Arti Sebuah Kebenaran...-
46. MODEL STRUKTUR INTELEK GUILFORD
47. CONTOH RUBRIK ANALITIK
48. TETAPKAN LANGKAH MERAIH TUJUAN
49. FILSAFAT CINTA
50. PROSES GLOBALISASI
51. MEDIA, CITRA DAN REALITA
52. DEKONTRUKSI DAN KEBENARAN
53. FILSAFAT DAN DEPRESI
54. HIDUP DALAM ILUSI
55. OMONG KOSONG
56. MENGAPA INDONESIA MASIH MISKIN????
57. FILSAFAT SEBAGAI POLITIK
58. MEMAHAMI KESADARAN
59. FILSAFAT, SAINS, DAN TEKNOLOGI
60. PENJAJAHAN MAINSTREAM
61. baik dan kebaikan
62. PENDIDIKAN DAN KEMAJUAN EKONOMI
63. DUA SAYAP PENDIDIKAN
64. LINGKARAN KEKERASAN
65. MITOS SEBUAH ANGKA
66. LOGIKA ADU DOMBA
67. INKUIRI
68. LANGKAH LANGKAH PEMBELAJARAN
69. SEBUAH TEORI
70. FILSAFAT ILMU DAN PENGETAHUAN
71. CIRI-CIRI
72. PERAN FILSAFAT POLITIK
73. FILSAFAT POLITIK
74. FILSAFAT ILMU
75. ILMU
76. ALIRAN FILSAFAT DAN PENDIDIKAN
77. ANTARA FILSAFAT DAN ILMU
78. METODE DAN PENDEKATAN FILSAFAT POLITIK
79. apasih maanfaat belajar matematika itu?
80. FILSAFAT MATEMATIKA
81. TEORI SEJARAH
Senin, 17 Oktober 2016
Selasa, 11 Oktober 2016
MENGENALI PIKIRAN MANUSIA
Pikiran manusia
diibaratkan sebagai software atau progam yang mengatur sebagian besar tindakan
dan perilaku manusia. Fungsi vital itulah yang menggelitik saya untuk mengajak
anda mempelajari sumber daya pikiran manusia yang luar biasa dalam diri kita
dan sudah disediakan oleh Tuhan bgi setiap individu dengan kapasitas yang
sangat besar jika kita tahu cara pemanfaatannya. Oleh karena software otak yang
berupa berbagai program pikiran yang dimiliki manusia menjadi tiga kelompok.
Mari kita kenali terlebih dahulu bagian-bagian pikiran mnusia beserta peran dan
kegunaannya masing-masing. Dengan demikian, kita bisa memilih dan menginstal
program yang tepat, pada saat yang tepat, dan dalam kapasitas yang tepat pula.
A. Pikiran
Sadar
Pikiran
sadar adalah bagian pikiran manusia yang penggunaannya selalu kita sadari. Oleh
karena selalu kita sadari, kita cenderung bisa mengontrolnya sesuai dengan
kehendak kita pada kapasitas tertentu. Pikiran adar sendiri memiliki lima
fungsi bagi diri manusia, yaitu analitis, rasional, will power, ingatan
sementara, dan area kritik.
1.
Anlitis
Analitis yang berarti pikiran sadar manusia
berfungsi untuk mengenali masalah dan bertugas untuk membuat solusi terhadap
masalah tersebut.
2.
Rasional
Bertugas memberikan alasan mengapa kita
melakukan atau tidak melakukan sesuatu.alasan yang dibuat oleh pikiran rasional
manusia hampir semuanya tidak tepat, tetapi selalu terdengar bagus dan
menenangkan. Semua tindakan, pemikiran dan pemahaman kit pasti didasarkan oleh
sebuah alasan tertentu, yang merupakan karya cipta rasional kita.
3.
Will Power
Will power bisa didefinisikan sebagai
keinginan yang meluap sesaat dan hilag dlam sekejap juga. Dalam sejarah
manusia, dengan hanyaberbekal will power saja tidak mungkin seseorang mencpai
perubahan permanen dalam hidupnya.
4.
Ingatan sementara
Pikiran sadar manusia tidak di desain untuk
menyimpan semua memori secara bersamaan. Pikiran sadar manusia memiliki fungsi
pikiran sementara, yang artinya pikiran sadar hanya mepertahankan informasi dan
ingatan yang cenderung penting untuk kehidupan kita saat ini.
5.
Area Kritik
Pikiran sadar manusia juga memiliki filter
yang berfungsi menyaring informasi dari luar sebelum akhirnya diputuskan untuk
diterima atau ditolak oleh diri seseorang secara utuh. Filter pikiran sadar
manusa disebut dengan area kritik.
B. Pikiran
Bawah Sadar
Pikiran
bawah sadar adalah bagian pikiran manusia yang penggunaannya jarang kita
sadari.
1.
Ingatan Permanen
Ingatan permanen adalah gudang penyimpanan
semua informasi yang dimiliki manusia selama hidupnya meliputi kejadian warna,
bau, rupa, sensasi, suhu, dan sebagainya tidak ada yang kita lupakan.
2.
Emosional
Fungsi emosional merupakan fungsi yang paling
primitif dan sederhana karena tidak menggunakan pola pikir dan analisa rumit
untuk menjalankannya.
3.
Kebiasaan
Pada awalnya manusia belajar pada level sadar
hingga akhirnya hesil dari proses pembelajarannya berubah menjadi kebiasaan dan
berubah menjadi bagian pikiran bawah sadar.
4.
Malas
Pada dasarnya, pikiran bawah sadar manusia
memiliki sifat sangat malas. Malas yang dimaksud pada pembahasan kali ini
adalah pikiran bawah sadar menyukai semua hal yang tanpa usaha.
5.
Perlindungn Diri
Pikiran bawah sadar juga memiliki fungsi
perlindungan diri. Apapun yang dipersepsikan pikiran bawah sadar sebagai bahaya
bagi diri kita, pikiran bawah sadar akan mempengaruhi tindkan, pol pikir, atau
perilak kita untuk menyelamatkan diri tentu saja dengan versi pikiran bawah
sadar.
C. Pikiran
Tidak Sadar
Bagian
pikiran yang dengan atau tanpa perlu kita sadari keberadaannya tetap
menjalankan semua fungsinya.
1.
Fungsi Tubuh Otomatis
Pikiran tidak sadar memiliki fungsi mengatur
berbagai kagiatan organ tubuh yang bersifat otomtis. Beberapa contohnya adalah
aliran darah, detak jantung, pernapasan, dan fungsi pencernaan.
2.
Kekelan Tubuh
Sistem kekeblan tubuh atau imunitas juga
merupakan fungsi dari pikiran tidak sadar. Buktinya, saat kita balita, tentunya
belum terbentuk berbagai fungsi pikiran sadar. Namun, tubuh kita tetap mampu
membuat antibodi bagi setiap penyakit atau virus yang pernah menyerang tubuh kita.
Kita tidak pernah tahu berapa banyak bakteri dan virus yang menyerang kita,
tetapi kita tetap dijaga dan dilindungi oleh sistem kekebalan tubuh kita.
3.
Memori Kehidupan Lampau
Pada sebagian kepercayaan, ada yang meyakini bahwa
kehidupan manusia atau makhluk hidup lainnya memiliki lingkaran kehidupan yang
terus berputar. Bisa jadi, kehidupan kita sekarang merupakan lanjutan dari
siklus beberapa kehidupan kita pada masa lampau.
Minggu, 09 Oktober 2016
MENGENAL FILSAFAT ILMU
A. PENGERTIAN FILSAFAT
Perkataan Inggris philosophy yang berarti filsafat
berasal dari kata Yunani “philosophia” yang lazim diterjemahkan sebagai cinta
kearifan. Akar katanya ialah philos (philia, cinta) dan sophia (kearifan). Menurut
pengertiannya yang semula dari zaman Yunani Kuno itu filsafat berarti cinta
kearifan. Namun, cakupan pengertian sophia yang semula itu ternyata luas
sekali. Dahulu sophia tidak hanya berarti kearifan saja, melainkan meliputi
pula kebenaran pertama, pengetahuan luas, kebajikan intelektual, pertimbangan
sehat sampai kepandaian pengrajin dan bahkan kecerdikkan dalam memutuskan
soal-soal praktis (The Liang Gie, 1999).
Banyak pengertian-pengertian atau definisi-definisi
tentang filsafat yang telah dikemukakan oleh para filsuf. Menurut
Merriam-Webster (dalam Soeparmo, 1984), secara harafiah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan. Maksud sebenarnya adalah pengetahuan tentang kenyataan-kenyataan
yang paling umum dan kaidah-kaidah realitas serta hakekat manusia dalam segala
aspek perilakunya seperti: logika, etika, estetika dan teori pengetahuan.
Menurut Surajiyo (2010:1) secara etimologi kata filsafat, yangg dalam bhs Arab dikenal dengan istilah falsafah dan dalam Bahasa Inggris di kenal dengan istilah philoshophy adalah dari Bahasa
Yunani philoshophia
terdiri atas kata philein yang berarti cinta (love) dan shopia
yang berarti kebijaksanaan (wisdom), sehingga secara etimologi istilah filsafat berarti cinta
kebijaksanaan (love of wisdom) dalam arti yang sedalam-dalamnya. Dengan demikian, seorang
filsuf adalah pecinta atau pencari kebijaksanaan.
Secara terminologi, menurut Surajiyo (2010: 4) filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki segala sesuatu yang ada secara mendalam dengan menggunakan akal sampai pada hakikatnya. Filsafat bukan mempersoalkan
gejala-gejala atau fenomena, tetapi yang dicari adalah hakikat dari sesuatu fenomena. Hakikat
adalah suatu prinsip yang menyatakan “sesuatu”
adalah “sesuatu” itu adanya. Filsafat mengkaji sesuatu yang ada dan yang
mungkin ada secara mendalam dan menyeluruh. Jadi filsafat merupakan induk
segala ilmu.
Susanto (2011: 6) menyatakan bahwa menurut Istilah, filsafat adalah ilmu
pengetahuan yang berupaya mengkaji tentang masalah-masalah yang muncul dan berkenaan
dengan segala sesuatu, baik yang sifatnya materi maupun immateri secara
sungguh-sungguh guna menemukan hakikat sesuatu yang sebenarnya, mencari
prinsip-prinsip kebenaran, serta berpikir secara rasional-logis, mendalam dan
bebas, sehingga dapat dimanfaatkan untuk membantu menyelesaikan masalah-masalah
dalam kehidupan manusia.
Kalau menurut tradisi filsafati dari zaman Yunani
Kuno, orang yang pertama memakai istilah philosophia dan philosophos ialah
Pytagoras (592-497 S.M.), yakni seorang ahli matematika yang kini lebih
terkenal dengan dalilnya dalam geometri yang menetapkan a2 + b2 = c2. Pytagoras
menganggap dirinya “philosophos” (pencinta kearifan). Baginya kearifan yang
sesungguhnya hanyalah dimiliki semata-mata oleh Tuhan. Selanjutnya, orang yang oleh
para penulis sejarah filsafat diakui sebagai Bapak Filsafat ialah Thales
(640-546 S.M.). Ia merupakan seorang Filsuf yang mendirikan aliran filsafat
alam semesta atau kosmos dalam perkataan Yunani. Menurut aliran filsafat
kosmos, filsafat adalah suatu penelaahan terhadap alam semesta untuk mengetahui
asal mulanya, unsur-unsurnya dan kaidah-kaidahnya (The Liang Gie, 1999).
Menurut sejarah kelahiran istilahnya, filsafat
terwujud sebagai sikap yang ditauladankan oleh Socrates. Yaitu sikap seorang
yang cinta kebijaksanaan yang mendorong pikiran seseorang untuk terus menerus
maju dan mencari kepuasan pikiran, tidak merasa dirinya ahli, tidak menyerah
kepada kemalasan, terus menerus mengembangkan penalarannya untuk mendapatkan
kebenaran (Soeparmo, 1984).
Timbulnya filsafat karena manusia merasa kagum
dan merasa heran. Pada tahap awalnya kekaguman atau keheranan itu terarah pada
gejala-gejala alam. Dalam perkembangan lebih lanjut, karena persoalan manusia
makin kompleks, maka tidak semuanya dapat dijawab oleh filsafat secara
memuaskan. Jawaban yang diperoleh menurut Koento Wibisono dkk. (1997), dengan
melakukan refleksi yaitu berpikir tentang pikirannya sendiri. Dengan demikian,
tidak semua persoalan itu harus persoalan filsafat.
B. PENGERTIAN FILSAFAT
ILMU
Menurut The Liang Gie (1999), filsafat
ilmu adalah segenap pemikiran reflektif terhadap persoalan-persoalan mengenai
segala hal yang menyangkut landasan ilmu maupun hubungan ilmu dengan segala
segi dari kehidupan manusia. Filsafat ilmu merupakan suatu bidang pengetahuan
campuran yang eksistensi dan pemekarannya bergantung pada hubungan timbal-balik
dan saling-pengaruh antara filsafat dan ilmu.
Filsafat ilmu menurut Surajiyo (2010 :
45), merupakan cabang filsafat yang membahas tentang ilmu. Tujuan filsafat ilmu
adalah mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang
ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya. Pokok perhatian
filsafat ilmu adalah proses penyelidikan ilmiah itu sendiri.
Dalam perkembangannya filsafat ilmu
mengarahkan pandangannya pada strategi pengembangan ilmu yang menyangkut etik
dan heuristik. Bahkan sampai pada dimensi kebudayaan untuk menangkap tidak saja
kegunaan atau kemanfaatan ilmu, tetapi juga arti maknanya bagi kehidupan
manusia (Koento Wibisono dkk., 1997).
Lebih lanjut Koento Wibisono (1984),
mengemukakan bahwa hakekat ilmu menyangkut masalah keyakinan ontologik, yaitu
suatu keyakinan yang harus dipilih oleh sang ilmuwan dalam menjawab pertanyaan
tentang apakah “ada” (being, sein, het zijn) itu. Inilah awal-mula sehingga
seseorang akan memilih pandangan yang idealistis-spiritualistis, materialistis,
agnostisistis dan lain sebagainya, yang implikasinya akan sangat menentukan
dalam pemilihan epistemologi, yaitu cara-cara, paradigma yang akan diambil
dalam upaya menuju sasaran yang hendak dijangkaunya, serta pemilihan aksiologi
yaitu nilai-nilai, ukuran-ukuran mana yang akan dipergunakan dalam seseorang
mengembangkan ilmu.
Dengan memahami hakekat ilmu itu,
menurut Poespoprodjo (dalam Koento Wibisono, 1984), dapatlah dipahami bahwa
perspektif-perspektif ilmu, kemungkinan-kemungkinan pengembangannya,
keterjalinannya antar ilmu, simplifikasi dan artifisialitas ilmu dan lain
sebagainya, yang vital bagi penggarapan ilmu itu sendiri. Lebih dari itu,
dikatakan bahwa dengan filsafat ilmu, kita akan didorong untuk memahami
kekuatan serta keterbatasan metodenya, prasuposisi ilmunya, logika validasinya,
struktur pemikiran ilmiah dalam konteks dengan realitas in conreto sedemikian
rupa sehingga seorang ilmuwan dapat terhindar dari kecongkakan serta kerabunan
intelektualnya.
Adapun tujuan
mempelajari filsafat ilmu menurut Amsal Bakhtiar (2008:20) adalah:
a.
Mendalami unsur-unsur pokok ilmu sehingga secara
menyeluruh kita dapat memahami sumber, hakekat dan tujuan ilmu.
b.
Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan
ilmudi berbagai bidang sehingga kita dapat gambaran tentang proses ilmu
kontemporermsecara historis.
c.
Menjadi pedoman untuk membedakan studi ilmiah dan non
ilmiah.
d.
Mempertegas bahwa persoalan antara ilmu dan agama tidak
ada pertentangan.
Bagi mahasiswa
dan peneliti, tujuan mempelajari filsafat ilmu adalah
1.
seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami persoalan
ilmiah dengan melihat ciri dan cara kerja setiap ilmu atau penelitian ilmiah
dengan cermat dan kritis.
2.
seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat melakukan pencarian
kebenaran ilmiah dengan tepat dan benar dalam persoalan yang berkaitan dengan
ilmunya (ilmu budaya, ilmu kedokteran, ilmu teknik, ilmu keperawatan, ilmu
hukum, ilmu sosial, ilmu ekonomi dan sebagainya) tetapi juga persoalan yang
menyangkut seluruh kehidupan manusia, seperti: lingkungan hidup, peristiwa
sejarah, kehidupan sosial politik dan sebagainya.
3.
Seseorang (peneliti, mahasiswa) dapat memahami bahwa
terdapat dampak kegiatan ilmiah (penelitian) yang berupa teknologi ilmu
(misalnya alat yang digunakan oleh bidang medis, teknik, komputer) dengan
masyarakat yaitu berupa tanggung jawab dan implikasi etis. Contoh dampak tersebut
misalnya masalaheuthanasia dalam dunia kedokteran masih sangat dilematis
dan problematik, penjebolan terhadap sistem sekuriti komputer, pemalsuan
terhadap hak atas kekayaaan intelektual (HAKI) , plagiarisme dalam karya
ilmiah.
C. FILSAFAT PENDIDIKAN
Menurut
Muhmidayeli. (2011: 35) Filsafat pendidikan adalah
upaya menerapkan kaidah-kaidah berpikir filsafat dalam ragam pencarian solusi
berbagai ragam problem kependidikan yang akan melahirkan pemikiran utuh tentang
pendidikan yang tentunya merupakan langkah penting dalam menemukan teori-teori
tentang pendidikan. Menurut John Dewey dalam Jalaluddin dan Idi (2007: 19 – 21) filsafat pendidikan merupakan suatu
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang
menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju
tabiat manusia.
Sedangkan Menurut Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany dalam Muhmidayeli.
(2011: 35), filsafat pendidikan adalah
pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah-kaidah filsafat dalam bidang
pengalaman kemanusiaan yaang disebut dengan pendidikan.
Filsafat pendidikan bersandarkan pada filsafat formal
atau filsafat umum. Dalam arti bahwa masalah-masalah pendidikan
merupakan karakter filsafat. Masalah-masalah pendidikan akan berkaitan dengan
masalah-masalah filsafat umum, seperti:
a.
Hakikat kehidupan yang baik,
karena pendidikan akan berusaha untuk mencapainya;
b.
Hakikat manusia, karena manusia
merupakan makhluk yang menerima pendidikan;
c.
Hakikat masyarakat, karena
pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses sosial;
d.
Hakikat realitas akhir, karena
semua pengetahuan akan berusaha untuk mencapainya.
Selanjutnya al-Syaibany (1979) mengemukakan bahwa terdapat beberapa tugas
yang diharapkan dilakukan oleh seorang filsuf pendidikan, di antaranya:
a.
Merancang dengan bijak dan arif
untuk menjadikan proses dan usaha-usaha pendidikan pada suatu bangsa;
b.
Menyiapkan generasi muda dan
warga negara umumnya agar beriman kepada Tuhan dengan segala aspeknya;
c.
Menunjukkan peranannya dalam
mengubah masyarakat, dan mengubah cara-cara hidup mereka ke arah yang lebih
baik;
d.
Mendidik akhlak, perasaan seni,
dan keindahan pada masyarakat dan menumbuhkan pada diri mereka sikap
menghormati kebenaran, dan cara-cara mencapai kebenaran tersebut.
Filsuf pendidikan harus memiliki pikiran yang benar,
jelas, dan menyeluruh tentang wujud dan segala aspek yang berkaitan dengan
ketuhanan, kemansiaan, pengetahuan kealaman, dan pengetahuan sosial. Filsuf
pendidikan harus pula mampu memahami nilai-nilai kemanusiaan yang terpancar
pada nilai-nilai kebaikan, keindahan, dan kebenaran.
Gandhi HW (2011: 84) setelah mengkaji makna filsafat pendidikan dari berbagai ahli Ia menyatakan bahwa:
“Filsafat pendidikan tidak lain adalah penerapan upaya metodis filsafat untk
mempersoalkan konsepsi-konsepsi yang
melandasi upaya-upaya manusia di dalam membangun hidup daan kehidupannya untuk
menjadi semakin baik dan berkualitas. Sedangkan upaya-upaya
filsafat dalam mempersoalkan adalah guna
mengarahkan penyelenggaraan pendidikan pada kondisi-kondisi
etika yang diidealkan. Dalam
makna lain, filsafat pendidikan adalah flsifikasi pendidikan, baik dlm makna
teoritis konseptual maupun makna praktis-pragmatis yang
menggejala.
.
D. HUBUNGAN FILSAFAT ILMU DENGAN PENDIDIKAN
DAN FILSAFAT PENDIDIKAN
1. Hubungan Filsafat Ilmu Dengan Pendidikan
Hubungan filsafat ilmu dengan
pendidikan. Filsafat ilmu merupakan telaah kefilsafatan yang ingin menjawab
pertanyaan mengenai hakekat ilmu (Benny Irawan, 2011:49) Filsafat ilmu
bertujuan mengadakan analisis mengenai ilmu pengetahuan dan cara bagaimana ilmu
pengetahuan itu diperoleh. Jadi filsafat ilmu adalah penyelidikan tentang
ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan cara memperolehnya Sebaliknya realita seperti
pengalaman pendidik menjadi masukan dan pertimbangan bagi filsafat ilmu untuk
mengembangkan pemikiran pendidikan. Hubungan fungsional antara filsafat ilmu
dengan pendidikan dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Filsafat ilmu, merupakan satu
cara pendekatan yang dipakai dalam memecahkan problematika pengembangan ilmu
pendidikan dan menyusun teori-teori pendidikan oleh para ahli.
2.
Filsafat ilmu, berfungsi memberi
arah bagi pengembangan teori pendidikan yang telah ada dan memilki relevansi
dengan kehidupan yang nyata.
3.
Filsafat ilmu dan pendidikan
mempunyai hubungan saling melengkapi, yang dapat bermakna bahwa realita
pendidikan dapat mengembangkan filsafat ilmu, dan filsafat ilmu itu sendiri
dapat membantu realita perkembangan pendidikan.
2. Hubungan
Filsafat Ilmu dengan Filsafat Pendidikan
Pandangan filsafat pendidikan sama
peranannya dengan landasan filosofis yang menjiwai seluruh kebijaksanaan
pelaksanaan pendidikan. Antara filsafat dan pendidikan terdapat kaitan yang
sangat erat. Filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakat,
sedangkan pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Filsafat pendidikan mengadakan tinjauan
yang luas mengenai realita, antara lain tentang pandangan dunia dan pandangan
hidup. Konsep-konsep mengenai ini dapat menjadi landasan penyusunan konsep
tujuan dan metodologi pendidikan. Di samping itu, pengalaman pendidik dalam
menuntun pertumbuhan dan perkembangan anak akan berhubungan dan berkenalan
dengan realita. Semuanya itu dapat digunakan oleh flsafat pendidikan sebagai
bahan pertimbangan dan tinjauan untuk memngembangkan diri.
Filsafat ilmu dengan filsafat pendidikan
memiliki hubungan yang sangat erat. Bagi perkembangan filsafat pendidikan,
filsafat ilmu merupakan landasan filosofis yang menjiwai pengembangan ilmu
pendidikan dan teori-teori pendidikan. Filsafat ilmu mencoba memberikan dasar
bagi pengembangan filsafat pendididkan dalam kerangka mengembangkan ilmu
pendidikan dan teori-teori pendidikan.
Selain itu, hubungan filsafat ilmu
dengan filsafat pendidikan juga dapat dimaknai bahwa filsafat ilmu mempunyai
fungsi untuk memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan ilmu pendidikan
(pedagogic) maupun teori-teori pendidikan baik dari segi ontologi (tujuan),
epistemologi (metode), maupun axiologi (nilai).